Cerita Dibalik 10 November 1945, Jihad, Kekalahan Sukarno dan Kemenangan Rakyat Surabaya

Cerita Surabaya - 10 November 1945, tepat hari ini 70 tahun yang lalu sebuah sejarah perang dunia terjadi bahkan Surabaya adalah perang dunia yang pertama pecah setelah Hitler diruntuhkan.

Cerita Surabaya, 10 November 1945, Perang Surabaya

Seperti yang kita ketahui bahwa perang ini dipicu tewasnya BrigJend Mallaby pimpinan pasukan Brikade 49 yang terkenal nekat dan berhasil memukul pasukan Jepang di Burma. Hal ini terjadi karena sebagian pasukan Inggris yang berasal dari India (Gurkha) tidak menangkap secara jelas perintah gencatan senjata yang telah disetujui bersama. Mereka malah membangun benteng pasir di sekitar Jembatan Merah dan menembaki para pemuda pasukan Republik dengan berondongan peluru.

Naas bagi Mallaby yang tidak mengetahui hal itu, dia mengira bahwa keadaan di kota sudah aman dan terkendali. Sebagai saksi gencatan yang harusnya terjadi dia tertembak saat berada di dalam mobilnya oleh seorang pemuda pejuang republik yang sampai saat ini pun tidak pernah diketahui. Setelah tertembak, granat meledak tepat di dalam mobilnya dan membakar habis tubuhnya sehingga tidak bisa dikenali lagi.

Dalam berperang melawan NAZI selama 5 tahun tak ada 1 orang jendral pun yang mati. Tapi di Surabaya baru mendarat 5 hari saja seorang jendral yang sangat dikagumi pun tewas di tangan arek-arek Suroboyo. Inilah yang membuat Inggris geram dan mengutus seorang Mayjend menggantikan Mallaby. Dengan segera dia mengeluarkan perintah untuk melucuti senjata semua penduduk Surabaya.

Cerita Surabaya, 10 November 1945, Perang Surabaya


Seketika itu pula Bung Tomo menggebrak meja dan berteriak " Hak apa Inggris memerintahkan daerah dari bagian Negara berdaulat untuk melucuti senjatanya?". Beliau geram bahwa ultimatum Inggris memerintahkan semua penduduk Surabaya menyerahkan senjatanya dan menyerah paling lambat tanggal 10 November 1945.

Tak mau gegabah, Bung Tomo segera mengendarai mobilnya untuk menemui K.H. Hasjim As'ary (kakek Gus Dur) untuk meminta ijin berperang. "Perang ini akan menjadi perang syahid, Jihad, karena yang dibela adalah tanah air" begitu yang disampaikan K.H. Hasjim As'ary.

Setelah 1 hari di Jombang kemudian persetujuan yang ditunggu didapatkan "Kamu perang saja, Ulama membantu begitu juga santri-santri juga akan membantu"

Mendapat perintah itu sesampainya di Surabaya Bung Tomo berteriak dengan lantang :

Saudara-saudara, Allahu Akbar!!!!
Semboyan kita tetap : MERDEKA ATAU MATI
Dan kiya yakin, Saudara-saudara, Pada akhirnya kemenangan akan jatuh di tangan kita
Sebab Allah berada di pihak yang benar!!
Percayalah Saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar!! Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!
MERDEKA!!!

Mendengar pidato tersebut, pejuang di Surabaya sadar bahwa itu jelas seruan untuk perang. Mereka mulai menyiapkan segala sesuatunya. berjaga-jaga di jendela-jendela hotel yang ada di Surabaya dan membangun benteng-benteng pasir di sepanjang Surabaya.

Perangpun meletus ketika tepat 10 November tak ada satupun pemuda Surabaya yang dengan sukarela menyerahkan senjatanya ke pos-pos sekutu.

Cerita Surabaya, 10 November 1945, Perang Surabaya

Pada awalnya, Surabaya di bombardir dari kapal-kapal perang Inggris yang berada di Pelabuhan sehingga daerah pelabuhan Surabaya sudah luluh lantak tak bersisa. Namun para pejuang masih menunggu perintah Djakarta untuk berperang.

Setelah mengetahui bahwa Surabaya Utara dibombardir oleh kanon-kanon Inggris barulah perintah perang Djakarta turun. Tembakan pertama republik terjadi pertama di Pasar Turi. Perlahan namun pasti langit Surabaya dipenuhi oleh Skuadron Udara andalan Inggris yang terkenal. Tanpa ampun mereka membumihanguskan Surabaya. Inilah pengerahan pasukan terbesar Inggris selain di Perang Dunia.

Di luar Surabaya pasukan-pasukan yang lain sudah siap bergabung dan berangkat ke Surabaya. Mulai dari Medan sampai dengan Lombok dan Bali. Di Jawa sendiri tepatnya di Malang dan Jawa Barat pasukan Republik memotong jalur distribusi logistik pasukan sekutu ke Surabaya. Sehingga pasukan Inggris yang ada di Surabaya terisolir dan dipukul terus menerus oleh pasukan Republik entah dari mana saja datangnya masuk ke Surabaya dengan sokongan dapur umum yang memadai.

Pasukan Brigade 49 Inggris yang dibanggakanpun hanya menunggu hitungan waktu saja untuk dihanguskan. Dalam keterdesakan inilah pasukan tersebut teriak mohon bantuan kepada kantor Inggris di Djakarta untuk membujuk Sukarno.

Keterdesakan pasukan Inggris ini disimpan dalam-dalam sangat rapi sehingga pembesar-pembesar militer Republik Indonesia tidak tahu. Inggris jaim dan tetap mencitrakan bahwa merekalah yang menang. Sayangnya pemerintah pusat Djakarta pun sudah terlanjur Underestimate terhadap pasukan Republik yang ada di Surabaya dan sekitarnya.

Dalam kondisi yang gawat tersebut diutuslah Admiral Inggris untuk menemui Sukarno (sebenarnya hal ini sangat aneh mengingat Inggris yang terkenal angkuh dan jarang berkompromi) apalagi sebelumnya Inggris menganggap bahwa pemerintahan Republik Indonesia tak pernah ada.

Cerita Surabaya, 10 November 1945, Perang Surabaya

Disinilah mungkin letak kesalahan Sukarno yang kurang mengetahui kekuatan rakyatnya sendiri di Surabaya dan berhalusinasi bahwa pihak sekutulah yang menang. Bisa dibilang keputusan diplomatiknya adalah kesalahan besar dalam hal ini.

Pada minggu pertama Pasukan Republik di Surabaya berhasil memukul mundur sekutu, namun pada minggu kedua dan ketiga setelah Sukarno memerintahkan pemberhentian perang dan akhirnya Jendral Sudirman membuka blokade atas logistik sekutu dari Djakarta ke Surabaya keadaan berbalik dan akhirnya pasukan Inggris dapat menguasai Surabaya dengan dukungan Logistik yang memadai.

Padahal, andai saja Sukarno mengetahui apa yang disembunyikan oleh pihal Inggris maka perang Surabaya akan benar-benar menjadi satu titik kemerdekaan yang sepenuhnya. Tapi memang Sukarno saat itu berada di persimpangan yang sangat Tragis diantara hanya dia yang dipercaya Rakyatnya dan di sisi lain dia tidak ingin berperang melawan sekutu, karena namanya sudah tercatat sebagai kolaborator.

Mungkin dari sini kita mendapatkan pelajaran bahwa dalam keadaan perang khususnya Surabaya 10 November 1945 terkadang diplomasi tak lagi penting apabila kita sudah percaya pada diri sendiri, yakin pada kemampua rakyatnya sendiri. Dan hal itu juga yang terjadi sekarang, kita terlalu memberi tempat kepada IMF dan Bank Dunia serta bangsa lain untuk masuk ke dalam kontrol Bangsa kita.




0 Response to "Cerita Dibalik 10 November 1945, Jihad, Kekalahan Sukarno dan Kemenangan Rakyat Surabaya "

Posting Komentar